Sirajuddin Syamsuddin, demikian nama lengkap Din. Lahir di Sumbawa Besar
pada 31 Agustus 1958, dari keluarga muslim konservatif. Pada usia 14 tahun, ia
masuk ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di pondok
tersebut, ia banyak belajar tentang Islam.
Setelah dari Gontor, pria yang fasih berbahasa Inggris, Arab, Persia, dan
sedikit Prancis ini, melanjutkan sekolahnya ke Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di kampus IAIN ia belajar politik dan
terpilih sebagai salah satu fungsionaris pemuda Muhammadiyah di universitas
tersebut. Gelar masternya diraih dari University
of California at Los Angeles (UCLA), AS pada 1982. Dari
universitas yang sama dia mendapatkan gelar doktor pada 1996. Sejak itulah ia
makin intens terjun dalam dunia organisasi.
Khusus untuk Muhammadiyah, Din Syamsuddin pernah menjabat sebagai Ketua
DPP Sementara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada 1985. Kemudian menjabat
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah 1989-1993. Setelah muktamar di Banda Aceh
pada 1995, menjadi anggota Majelis Hikmah PP Muhammadiyah dan dalam periode
kepengurusan Syafii Maarif 2000-2005, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.
Ayah tiga orang anak ini juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat dan Sekretaris Umum Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Pusat. Ia juga menjadi anggota Majelis Tinggi Dakwah Islam
Internasional yang berada di Tripoli dan
Presiden Konferesi Asia untuk Agama dan Perdamaian, yang berpusat di Tokyo.
Din yang pernah menjabat Ketua Litbang di DPP Golkar, menjadi panelis di
Konferensi Internasional tentang Kerjasama Antar-agama untuk Perdamaian yang
berlangsung di markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Ia juga pernah
menjabat sebagai Dirjen Binapenta, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.
Sejak mengundurkan diri dari Partai Golkar, Din tidak terlibat dengan
partai politik manapun. Dan ketika dipercaya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat
(PP) Muhammadiyah lima
tahun lalu, suami Fira Beranata ini sudah mengabdi penuh kepada Muhammadiyah.
Ayah tiga anak ini tidak lagi berkecimpung dalam politik praktis karena secara
formal sudah mengundurkan diri dan tidak bergabung pada partai politik mana
pun, serta tidak lagi mengabdikan diri sebagai birokrat negara.
Sebelum terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din
sempat digoyang oleh upaya mendiskreditkan dirinya. Sehari sebelum muktamar
dimulai, beredar buku kecil berjudul "Din Syamsudin, Sang Ambisius,
Penghancur Muhammadiyah", bergambar
foto Din dengan menggunakan topeng dan berisi lima topik yakni Din Syamsudin
Sang Ambisius, Managemen Tukang Cukur, Tidak Memahami Tradisi Muhammadiyah,
Menjerumuskan Muhammadiyah, dan Amal Usaha Dijadikan Agunan.
Din Syamsuddin terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Umum PP
Muhammadiyah periode 2005-2010 dalam sidang 13 tim formatur di
Universitas Muhammadiyah Malang,
Jawa Timur, Kamis 7 Juli 2005. Dalam pemilihan 13 orang Pimpinan Pusat
Muhammadiyah sebelumnya, dia meraih suara terbanyak. Din menggantikan Ahmad Syafi'i Ma'arif.
Harapan besar kini diletakkan di atas pundak pakar politik Islam ini. Din
pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membawa lembaga yang dipimpinnya
agar terus berkembang. Muhammadiyah akan melakukan revitalisasi gerakan
organisasi untuk bisa tampil menjadi organisasi agama, budaya, peradaban, dan
pencerahan.
0 Response to "DIN SYAMSUDDIN "
Posting Komentar